Ayatqauliyah berupa ayat Al-Qur'an yang bisa kita baca dan ucapkan, sementara ayat kauniyah berupa realitas ciptaan di luar itu, seperti penciptaan manusia dan hewan, pergantian siang dan malam, serta fenomena alam lainnya. Termasuk segenap hal yang ada dalam diri manusia: tentang metabolisme tubuh, emosi, pikiran, perasaan, dan lain-lain.
Ayat Bacaan Galatia 61-10 “Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.” Galatia 610 Ada kata bijak yang menyatakan bahwa kesempatan tidak datang untuk kedua kalinya. Oleh karena itu jangan pernah sia-siakan setiap kesempatan yang ada. Banyak orang yang menyesal begitu rupa saat kesempatan itu tidak digunakan dengan baik. Yang ada tinggallah penyesalan. Tuhan memberikan kesempatan kepada orang-orang di zaman Nuh selama 120 tahun untuk bertobat, tapi mereka tidak mempergunakannya dengan baik dan akhirnya penyesalan pun tiada guna. Dan saat Tuhan menenggelamkan bumi dengan air bah, binasalah mereka semua kecuali Nuh dan keluarganya yang selamat. Begitu juga seluruh penduduk kota Sodam dan Gomora yang dibumihanguskan oleh Tuhan. Selama masih hidup mereka menyia-nyiakan kesempatan yang ada dan tetap hidup di dalam dosa. Juga kisah orang kaya dan Lazarus baca Lukas 1619-31. Saat di dunia si kaya hidup dalam gelimang harta, tapi ia lupa diri dan tidak pernah menabur atau memperhatikan orang-orang lemah. Akhirnya ia mengalami kebinasaan kekal. Ia lupa bahwa hidup di dunia ini adalah kesempatan bagi kita untuk mempersiapkan hidup di dalam kekekalan. Berapa lama kita memiliki kesempatan hidup di dunia ini? Selamanyakah? Dalam mazmurnya Daud berkata, “Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.” Mazmur 9010. Menyadari bahwa kesempatan itu sangatlah terbatas, Daud pun berdoa, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” Mazmur 9012. Jadi tugas kita menemukan kesempata dalam setiap situasi yang ada, sebab jika hidup ini berakhir tidak ada lagi kesempatan untuk bertobat. Sesudah mati tidak ada lagi kesempatan untuk berbuat baik bagi diri sendiri atau sesama sehingga raja Salomo menasihati, “Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, kemana engkau akan pergi.” Pengkotbah 910. Selagi Tuhan memberi kesempatan, gunakan sebaik mungkin supaya tidak ada penyesalan di kemudian hari! Selamatdatang di thread ane yang sederhana ini gan, di thread ini ane akan membahas tentang waktu. Tentang masa" yang terkadang kita di atas kadang di bawah. Langsung cuss gan:ngacir2 :ngacir2 Apa sih waktu itu gan ? ternyata eh ternyata gan, waktu adalah bagian dari struktur dasar dari alam semesta, sebuah dimensi di mana peristiwa terjadi secara berurutan. Waktu merupakan suatu dimensi di Dalam kehidupan Kristen, kesempatan terakhir sangatlah penting karena setiap orang hanya memiliki waktu terbatas untuk menemukan jalan kebenaran dan keselamatan yang dijanjikan oleh Tuhan. Tanpa mengambil kesempatan terakhir, seseorang dapat kehilangan kesempatan untuk bertobat dan memperbaiki hidupnya. Oleh karena itu, dalam khotbah ini, kita akan membahas mengenai arti penting dari kesempatan terakhir dalam kehidupan Khotbah Kristen tentang Masih ada Kesempatan Terakhir TerbaruDefinisi tentang kesempatan terakhirKalimat ini dapat diartikan sebagai kesempatan terakhir yang diberikan Tuhan kepada seseorang untuk mengambil keputusan yang tepat dalam hidupnya. Kesempatan ini seringkali muncul di saat-saat kritis atau di ujung hidup seseorang. Kesempatan terakhir memberikan kesempatan untuk bertobat dan memperbaiki hidup seseorang sehingga dapat hidup sesuai dengan kehendak dari khotbah iniTujuan dari khotbah ini adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang arti penting dari kesempatan terakhir dalam kehidupan Kristen. Kita akan membahas bagaimana mengenali kesempatan terakhir dalam hidup kita, bagaimana memanfaatkan kesempatan tersebut dengan baik, dan apa yang dapat kita harapkan jika kita mengambil kesempatan terakhir dengan sungguh-sungguh. Melalui khotbah ini, kita diharapkan dapat memahami bahwa kesempatan terakhir bukanlah sesuatu yang harus kita takuti, namun justru sebagai panggilan untuk bertobat dan mengambil langkah-langkah menuju kehidupan yang lebih Kesempatan TerakhirA. Pengertian kesempatan terakhirKesempatan terakhir adalah kesempatan yang diberikan Tuhan kepada seseorang untuk bertobat dan mengambil jalan yang benar dalam hidupnya. Kesempatan ini bisa muncul di saat-saat kritis atau di ujung hidup seseorang, dan Tuhan memberikan kesempatan tersebut sebagai panggilan untuk membuka hati dan menyerahkan hidup Cara Mengatasi Godaan untuk Orang KristenB. Pentingnya mengambil kesempatan terakhirMengambil kesempatan terakhir sangat penting karena setiap orang hanya memiliki waktu terbatas untuk memperbaiki hidupnya dan mencari kebenaran. Tanpa mengambil kesempatan terakhir, seseorang dapat kehilangan kesempatan untuk memperoleh keselamatan yang dijanjikan oleh Tuhan. Jika kita tidak mengambil kesempatan terakhir, kita akan kehilangan kesempatan untuk membangun hubungan yang benar dengan Tuhan dan akhirnya harus menerima akibat dari pilihan-pilihan Contoh dalam Alkitab tentang kesempatan terakhirAlkitab memberikan banyak contoh tentang kesempatan terakhir. Salah satu contoh yang terkenal adalah kisah orang kaya dan Lazarus Lukas 1619-31. Dalam kisah ini, orang kaya memilih untuk hidup dalam kemewahan dan mengabaikan kemiskinan dan kesulitan yang dialami Lazarus, yang duduk di depan gerbangnya setiap hari. Ketika keduanya meninggal, Lazarus pergi ke surga, sedangkan orang kaya pergi ke tempat penyiksaan. Orang kaya memohon kepada Abraham untuk memberikan kesempatan kedua kepadanya, tetapi Abraham menjelaskan bahwa kesempatan terakhir sudah habis dan tidak ada lagi kesempatan untuk memperbaiki Diri dengan Kesempatan TerakhirA. Identifikasi kesempatan terakhir dalam kehidupan pribadiSetiap orang memiliki kesempatan terakhir dalam hidupnya, yang mungkin muncul dalam bentuk situasi atau keputusan penting yang harus diambil. Untuk mengidentifikasi kesempatan terakhir dalam kehidupan pribadi, seseorang perlu merenungkan hidupnya, menerima peringatan yang diberikan Tuhan, dan memperbaiki hubungannya dengan Tuhan. Kesempatan terakhir dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti mengakhiri kebiasaan buruk, memperbaiki hubungan dengan keluarga, atau mengejar panggilan Tuhan dalam Meningkatkan kualitas hidup dengan mengambil kesempatan terakhirMengambil kesempatan ini dapat membantu meningkatkan kualitas hidup seseorang. Dengan mengambil kesempatan terakhir, seseorang dapat memperbaiki hubungan dengan Tuhan dan orang lain, membangun karakter yang lebih baik, dan mencapai potensi hidup yang sebenarnya. Hal ini juga dapat membantu seseorang menemukan makna hidup yang sejati dan mencapai kedamaian dalam Belajar dari Tokoh-Tokoh Perempuan di AlkitabC. Contoh kesempatan terakhir dalam pernikahan dan keluargaKesempatan terakhir dalam pernikahan dan keluarga bisa muncul dalam bentuk konflik atau krisis yang memerlukan tindakan cepat dan tepat. Misalnya, seorang pasangan yang terlibat dalam pernikahan yang tidak sehat dapat mengambil kesempatan ini untuk mengubah cara mereka berinteraksi satu sama lain dan memperbaiki hubungan mereka. Kesempatan terakhir juga dapat muncul dalam bentuk tindakan kecil, seperti mengambil waktu untuk berbicara dengan anak-anak atau mengunjungi orang tua yang sakit. Dengan mengambil kesempatan terakhir, seseorang dapat memperbaiki hubungan keluarga dan menciptakan lingkungan yang sehat dan di dalam Kesempatan TerakhirA. Kesempatan terakhir sebagai panggilan untuk bertobatKesempatan terakhir dapat dianggap sebagai panggilan dari Tuhan untuk bertobat dan memperbaiki hubungan dengan-Nya. Saat seseorang merespon panggilan ini dengan hati yang terbuka, ia dapat merasakan pengampunan Tuhan dan menerima kesempatan untuk memulai hidup baru yang lebih baik. Bertobat juga berarti mengubah cara pandang dan cara hidup, mengarahkan hati pada Tuhan dan merenungkan tindakan yang harus diambil untuk memperbaiki Penerimaan kesempatan terakhir sebagai bentuk pengampunanKesempatan terakhir juga dapat dianggap sebagai bentuk pengampunan dari Tuhan. Dalam kehidupan, kita semua pasti melakukan kesalahan dan dosa, tetapi Tuhan selalu memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbaiki diri dan kembali pada-Nya. Melalui penerimaan kesempatan terakhir, kita dapat merasakan kasih dan belas kasih Tuhan yang tak terbatas, dan menjadi orang yang lebih Menemukan tujuan hidup melalui kesempatan terakhirKesempatan terakhir juga dapat membantu seseorang menemukan tujuan hidup yang sejati. Dengan memanfaatkan hal ini, seseorang dapat mengejar panggilan Tuhan dalam hidup, menemukan arti hidup yang sebenarnya, dan memberikan dampak positif pada orang lain di sekitarnya. Kesempatan terakhir dapat membawa seseorang pada jalur hidup yang benar, memungkinkannya mencapai potensi hidup yang sebenarnya, dan hidup dengan penuh Kesempatan TerakhirA. Memperkenalkan kesempatan terakhir kepada orang lainKesempatan terakhir yang diberikan oleh Tuhan tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk diberikan kepada orang lain. Kita dapat berperan dalam menyebarkan kesempatan terakhir ini kepada orang lain melalui pengajaran Firman Tuhan dan dengan memberikan contoh hidup yang Membantu orang lain untuk memperbaiki hidupKita dapat membantu orang lain untuk memperbaiki hidup mereka dengan mengajak mereka untuk merespon kesempatan terakhir yang diberikan oleh Tuhan. Dengan memberikan dukungan dan bantuan pada saat yang tepat, kita dapat membantu orang lain mengatasi masalah hidup mereka dan menjadi lebih Menjadi saksi kebaikan TuhanMelalui kesempatan terakhir, kita dapat menjadi saksi kebaikan Tuhan di dalam hidup kita dan hidup orang lain. Dengan memanfaatkan kesempatan terakhir, kita dapat menunjukkan kekuatan dan kasih Tuhan dalam hidup kita, sehingga orang lain dapat terinspirasi dan merespon panggilan Tuhan dalam hidup Menjadi pelayan Tuhan yang baikKesempatan terakhir juga memanggil kita untuk menjadi pelayan Tuhan yang baik. Dengan memberikan pelayanan yang baik dan melakukan tindakan baik bagi orang lain, kita dapat memperkuat iman kita dan membawa kemuliaan bagi nama Tuhan. KumpulanKhotbah Dan Renungan GMIST Rabu, 18 Februari 2015. betapa pentingnya waktu dan kesempatan yang diberikan Tuhan dalam kehidupan kita. Mengenai Saya. Unknown Lihat profil lengkapku. Arsip Blog 2015 (11) Juni (4) Februari (7) Kisah Para Rasul 6:1-7 (Pelayan Meja) Konten ini adalah kiriman dari pembaca Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini. inet – اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْخَلْقَ وَقَدَّرَ الأَشْيَاءَ، وَاصْطَفَى مِنْ عِبَادِهِ الرُّسُلَ وَالأَنْبِيَاءَ، بِهِمْ نَتَأَسَّى وَنَقْتَدِي، وَبِهُدَاهُمْ نَهْتَدِي، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى بِمَا هُوَ لَهُ أَهْلٌ مِنَ الحَمْدِ وَأُثْنِي عَلَيْهِ، وَأُوْمِنُ بِهِ وَأَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ، أَنْزَلَ عَلَيْهِ رَبُّهُ الْقُرْآنَ الْمُبِيْنَ, هُدًى وَنُوْرًا لِلْمُؤْمِنِيْنَ، وَجَعَلَ رِسَالَتَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى سَائِرِ الأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ, وَآلِ كُلٍّ وَالصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah Setiap orang yang beriman pasti menyadari bahwa kehidupan di muka bumi ini bukanlah tanpa batasan waktu. Setiap orang menjalani kehidupan sesuai “kontraknya” masing-masing dalam batas waktu yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Umur manusia berbeda satu dengan lainnya, begitu pun amal dan perbuatannya. Setiap mukmin akan menyadari bahwa ia tidak akan selamanya hidup dan tinggal di dunia ini. Bahwa keberadaannya di alam ini hakikatnya sedang menempuh proses perjalanan panjang menuju kehidupan akhirat yang kekal dan hakiki. Sikap yang demikian sungguh sangat berbeda dan bertolak belakang dengan sikap orang-orang yang hakikatnya tidak beriman. Sebagaimana hal ini disinggung dalam firman Allah SWT بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا. وَالآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى “Akan tetapi kalian orang-orang yang ingkar justeru lebih memilih kehidupan dunia. Padahal sungguh kehidupan akhirat itu jauh lebih baik dan kekal. QS. al-A’la 16-17. Hadirin Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah, Ada beberapa hal yang sering manusia lupakan, di antaranya pertanyaan Kenapa manusia diciptakan? Apa kepentingan dan tugas mereka dalam kehidupan ini? Sering sekali manusia melupakan pertanyaan-pertanyaan ini sehingga mereka hidup dalam penuh kelalaian, hidup hanya dipergunakan untuk bersenang-senang, makan, minum, dan kesenangan-kesenangan lain yang bersifat dunia. Mereka sama sekali tidak memikirkan tentang proses kejadian dirinya. Sehingga ketika ajal menjemputnya, penyesalanlah yang menghinggapinya di mana saat itu penyesalan sudah tidak berarti lagi. Dari sinilah perlunya iman yang kuat dalam diri kita supaya kita dapat berhati-hati dengan waktu. Pandai-pandailah memanfaatkannya. Ingatlah! Hari-hari kita jangan dilewati begitu saja tanpa hal yang bermanfaat dan bernilai positif. Sesaat demi sesaat, semua berlalu begitu cepatnya. Begitulah, diri kita berpindah dari pagi ke petang dan dari petang hingga pagi kembali. Apakah kita pernah bermuhasabah introspeksi terhadap diri kita sendiri? Sehingga kita bisa melihat lembaran-lembaran hari-hari kita dengan amal apa kita membukanya dan dengan amal apa pula kita menutupnya? Ada sebuah pepatah berbunyi “Time is money”,“al-waktu ka al-saif”. Waktu adalah uang, waktu adalah pedang, waktu adalah perjalanan yang tidak akan pernah kembali. Itulah ungkapan yang sering kita dengar untuk menghargai waktu. Waktu adalah kehidupan. Tidak ada yang lebih berharga dalam kehidupan ini setelah iman selain “waktu”. Waktu adalah benda yang paling berharga dalam kehidupan seorang muslim. Ia tidak dapat ditukar oleh apapun. Ia juga tidak dapat kembali jika sudah pergi. Sungguh sangat merugi orang yang menyia-nyiakan waktunya. Firman Allah وَالْعَصْرِ، إِنَّ الإِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati dalam kebenaran dan nasehat menasehati dalam kesabaran. Al-Ashr1-3. Dalam Islam, waktu bukan hanya sekadar lebih berharga dari pada emas. Atau seperti pepatah Inggris yang menyatakan time is money. Lebih dari itu, waktu dalam Islam adalah “kehidupan”, al-waqtu huwa al-hayah, demikian kata AS-Syahid Hasan Al-Banna. Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah Dalam peribahasa orang barat “the time is money”, waktu adalah uang. Orang-orang arab sendiri mengibaratkan “al-waqtu kas-saif”, waktu itu ibarat pedang. Nampaknya dari pengibaratan waktu di atas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa waktu adalah sesuatu yang sangat berharga. Orang-orang barat yang selalu mengejar kehidupan duniawi mengibaratkan waktu adalah uang karena mereka merasa jika kehilangan satu detik saja maka uang akan melayang. Sedangkan orang arab yang memang dari sebelum Islam datang pun sudah amat suka bersyair, maka lahirlah peribahasa waktu yang diibaratkan seperti pedang. Satu sisi pedang bisa menyelamatkan nyawa seseorang, tapi di lain waktu ia bisa sangat berbahaya bahkan bisa mengakibatkan kematian itu sendiri. Adapun pepatah yang mengatakan bahwa waktu lebih berharga daripada uang, karena sejatinya uang adalah harta dunia yang bisa dicari. Sedangkan waktu adalah karunia Allah SWT yang tidak bisa dicari bahkan untuk mengembalikan satu detik yang telah kita lewati pun adalah sesuatu yang sangat mustahil bisa terjadi. Kehidupan duniawi memang dihiasi berbagai kesenangan, sehingga dengan kesenangan yang bersifat sementara tersebut membuat manusia sering terlena dan lupa waktu. Bahkan tidak jarang banyak waktu yang terbuang hanya untuk menikmati kehidupan duniawi semata tanpa berpikir bahwa dirinya kelak akan menghadap ke hadirat Sang Maha Pencipta untuk mempertanggung jawabkan semua amalan perbuatannya selama hidup di dunia. Maka kenapa kita harus terlena dengan kehidupan dunia? Ingatlah, kematian adalah suatu peristiwa yang pasti terjadi pada semua makhluk hidup sebagai tanda habisnya masa kontrak di dunia. Firman Allah surat Ali-Imran ayat 185. كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ “ Setiap makhluk berjiwa pasti mengalami kematian.” Ali Imron 185 Dunia ini adalah tempat berbuat dan berbuat, tempat untuk berusaha dan bekerja, tempat untuk melakukan perbuatan baik dan meninggalkan perbuatan jahat. Tempat untuk mencari bekal untuk kehidupan akhirat kelak. Firman Allah وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” Al Qashash 77 Hadirin sidang Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah SWT Supaya manusia termotivasi untuk bisa memanfaatkan waktunya dengan sebaik-baiknya, ada tiga pertanyaan mendasar mengenai keberadaan dan tujuan manusia di dunia ini dan pertanyaan itu berlaku sepanjang masa. Tiga pertanyaan tersebut akan membekas dalam hati manusia jika ia menjawabnya dengan penuh perenungan. Pertanyaan pertama, darimana kita berasal? Pertanyaan ini adalah merupakan simpul akidah, yang menurut kaum materialis mereka tidak mempercayainya. Mereka menganggap bahwa dunia dan isinya ini muncul dengan sendirinya. Sedangkan bagi orang yang beriman, pertanyaan ini akan memberi atsar yang kuat baginya. Pertanyaan ini akan mengingatkannya bahwa dia hanyalah makhluk yang tidak sempurna, makhluk yang hina yang tidak pantas untuk menyombongkan diri. Makhluk yang tidak mampu apa-apa kecuali Allah yang menghendakinya. Pertanyaan kedua, untuk apa kita diciptakan? Pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang wajib dijawab oleh setiap orang setelah mengetahui bahwa ia di dunia ini hanyalah makhluk bagi Allah dan makhluk yang dipelihara oleh Allah Sang Pemelihara alam ini. Yaitu melalui penjabaran untuk apa manusia diciptakan? Kenapa manusia diberi keistimewaan yang lebih dibanding makhluk yang lain? Dan apa kepentingan mereka di atas bumi ini? Perlu diketahui, bahwa manusia diciptakan di dunia ini dengan berbagai kelebihannya, bukan hanya sekedar untuk memenuhi hawa nafsu belaka, tapi Allah jadikan manusia di muka bumi ini adalah sebagai khalifah, sebagaimana firman-Nya وإذ قال ربك للملائكة إني جاعل في الأرض خليفة قالوا أتجعل فيها من يفسد فيها ويسفك الدماء ونحن نسبح بحمدك ونقدس لك قال إني أعلم ما لا تعلمون “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata “Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Allah berfirman “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.” Al Baqarah 30 Hal pertama yang harus diketahui manusia sebagai khalifah di muka bumi adalah mengenal Allah dengan benar dan menyembah-Nya dengan sebenar-benar penyembahan. Karena manusia diciptakan di muka bumi sebagai khalifah adalah untuk beribadah hanya kepada Allah. Sebagaimana ditegaskan dalam Firman Nya وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالاِنسَ إِلا لِيَعْبُدُون ”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Adz-Dzariyat 56 Pertanyaan Ketiga, kemanakah tujuan kita? Pertanyaan ketiga ini bagi kaum materialis, mereka memberikan suatu jawaban. Tetapi hal itu justru menurunkan martabat kemuliaan manusia menempati kedudukan binatang. Mengenai tempat kembali manusia setelah menjalani kehidupan bermasyarakat, dengan sederhana sekali mereka mengatakan secara mutlak manusia akan hancur dan binasa. Mereka dilipat oleh bumi sebagaimana penguburan bermilyar binatang dan makhluk lainnya di dalam perut bumi. Jasad ini akan kembali ke unsur-unsur penciptaannya yang pertama. Jadi, mereka akan kembali menjadi debu yang diterbangkan oleh angin. Begitulah cerita kehidupan manusia menurut mereka. Tiada keabadian dan pembalasan, tiada perbedaan antara yang berbuat baik dan yang berlaku jahat. Berbeda dengan orang mukmin, tentu mereka sudah mengerti ke mana tujuan mereka pergi. Mereka menyadari bahwa dunia ini hanya sesaat. Dari tiga pertanyaan di atas, jika seseorang bisa merenungkannya dengan penuh penghayatan, maka ia akan menjadi seseorang yang rajin dan bisa memanfaatkan waktunya dengan baik. Sehingga tidak akan timbul penyesalan di kemudian hari. Hadirin sidang jama’ah jumat yang berbahagia, Salah satu yang sering dilalaikan oleh manusia adalah waktu luang. Di mana manusia memiliki jeda dalam rumitnya aktivitas sehari-sehari. Orang sesibuk apapun bekerja baik di kantor, sekolah, pabrik, pasar, ladang, sawah dan sebagainya, pastilah mempunyai waktu luang di tengah-tengah kesibukannya. Dan dari waktu luangnyalah manusia membangun kerangka sejati mengenai dirinya. Orang-orang yang tidak punya kegiatan dalam hidupnya berpotensi sekali untuk melakukan pergunjingan dan gosip. Kosong tanpa kegiatan sama saja dengan mobil yang didorong. Jalan sendiri di sebuah jalan menurun. Jadilah mobil itu menabrak ke sana ke mari tanpa tujuan. Manakala suatu hari kita mengalami kekosongan dalam hidup, bersiap-siaplah untuk menyambut datangnya kesedihan, kesusahan, dan ketakutan. Sesungguhnya kekosongan kita akan membuka semua arsip masa lalu, masa kini, dan masa depan dari panggung kehidupan sehingga kita berada dalam kondisi yang rumit. Maka dari itu, mari kita isi kekosongan yang mematikan ini dengan melakukan kegiatan yang membuahkan hasil dan bermanfa’at. Kekosongan itu ibarat seorang pencopet yang sedang menunggu mangsanya. Begitu kita mengalami kekosongan, maka saat itu juga kita akan diserang gempuran ilusi dari angan-angan dan saat itulah akan hilang seluruh diri kita. Oleh karena itu, marilah kita bangkit mulai dari sekarang untuk mengisi kehidupan ini dengan berbagai kegiatan positif. Seperti ibadah, membaca, bertasbih, menelaah sebuah buku, menulis, merapikan meja kerja, atau memberi hal yang berguna bagi orang lain. Maka insya Allah kebahagiaan akan kita peroleh. Apa yang harus dilakukan? Membaca merupakan salah satu jawabannya. Baik itu membaca Alquran, kitab-kitab hadits, buku-buku ilmu pengetahuan dan motivasi, sampai membaca situasi kehidupan di sekeliling kita. Sehingga dengan begitu, waktu luang tidak akan terlewati dengan percuma. Mari renungkan, orang-orang yang telah mendahului kita begitu antusiasnya terhadap buku dan begitu efektifnya mereka memanfaatkan waktu. Maka sudah sepantasnya kita yang hidup di dunia serba modern ini di mana buku-buku sudah tersebar merata bahkan di internet pun dengan mudah kita bisa mengakses berbagai ilmu pengetahuan. Maka patutkah kita berdiam diri membiarkan waktu luang kita berlalu begitu saja? أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ ، وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ ، الَّذِي أَنْقَضَ ظَهْرَكَ ، وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ ، فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ، إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ، فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ ، وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ . بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. Khutbah Kedua اَلْحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إِلَى رِضْوَانِهِ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ, اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَاكُمْ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ، وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَنْبِيَآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَتِكَ الْمُقَرَّبِيْنَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ ودَمِّرْ أَعْدَآئَنَا وَأَعْدَآءَ الدِّيْنِ وأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتْنَةِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنا إِنْدُوْنِيْسِيَا خَآصَّةً وَعَنْ سَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَآءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكم، وَلَذِكرُ اللهِ أَكْبَرُ. أقيموا الصلاة !!! Redaktur Deasy Lyna Tsuraya Beri NilaiLoading... Pria keturunan Jawa yang kini berlabuh di Palembang guna mengamalkan ilmu yang didapat selama belajar di LIPIA Jakarta. Waktudan kesempatan merupakan hal paling berharga yang mesti diperhatikan oleh Umat Islam. Sebab, orang yang sudah meninggal itu menyesali waktu yang telah ia sia-siakan selama hidup. Oleh sebab itu, khutbah jumat berikut ini mengangkat tema tentang Jangan Sia-siakan Waktu dan Kesempatan. 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID IOtGiTpxF1RQMxNwPFL8SZNrZuyOfe8jPVKJJdmrNkQzlc9h1ptwhg==
2Petrus 3: 8-15a | Ruang waktu kesabaran Tuhan. Bacaan Firman Tuhan: 2 Petrus 3: 8-15a. Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari. Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang

Shalom saudaraku yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, renungan kita hari ini adalah; Waktu Adalah Anugerah Dan Kesempatan Untuk Berubah. Saudaraku, ada sebuah ungkapan yang sering diucapkan oleh manusia pada umumnya yaitu; “waktu adalah uang.” Hal ini menunjukan bahwa setiap detik waktu yang ada begitu berharga, dan tidak boleh di sia-siakan. Artinya setiap detik waktu yang dimiliki, itu harus dimanfaatkan dengan baik supaya bisa menghasilkan uang. Tentu pandangan seperti ini lebih banyak dianut oleh orang-orang yang mengarahkan fokus hidup mereka untuk mengejar perkara-perkara dunia dengan segala kesenangannya. Sebagai orang percaya, kita harus memandang waktu hidup yang kita miliki saat ini dengan sudut pandang yang berbeda. Waktu hidup yang kita miliki saat ini harus dilihat sebagai sebuah anugerah dan kesempatan untuk berubah dari cara hidup yang lama, cara hidup yang sia-sia selama ini, dan kembali mengarahkan fokus hidup ini hanya untuk melakukan kehendak Allah Bapa di sorga. Memanfaatkan waktu hidup yang masih ada sebagai anugerah, untuk hidup melakukan kehendak Allah Bapa di sorga, adalah sebuah keputusan yang bernilai tinggi, sebab akan berdampak pada masa depan kehidupan kita di kekekalan nanti. Hal ini tentu harus menjadi sebuah target utama dalam hidup kita sebagai orang percaya, dan kita harus perkarakan akan hal ini dengan sungguh-sungguh melebihi segala persoalan hidup apapun yang sedang kita hadapi di dunia saat ini. Sebab berjuang untuk hidup melakukan kehendak Allah Bapa di sorga itu bukan persoalan yang mudah. Orang-orang yang tidak sungguh-sungguh memanfaatkan waktu hidup yang ada untuk berjuang melakukan kehendak Allah Bapa di sorga, maka pada akhirnya di kekekalan nanti, mereka akan terpisah dari Allah untuk selama-lamanya. Dan terpisah dari Allah untuk selama-lamanya, adalah hal yang sangat mengerikan. Sebab terpisah dari Allah itu artinya akan terbuang ke dalam api neraka. Matius 1341 Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. 1342 Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. Kita harus sadar mulai saat ini, jika kita tidak hidup melakukan kehendak Allah Bapa di sorga selama kita masih ada di dunia ini, maka itu adalah sebuh kejahatan. Dan setiap perbuatan yang merupakan kejahatan dimata Allah tidak mendapat bagian di dalam Kerajaan sorga. Itulah kenapa kita harus menyadari akan hal ini dan mau melihat waktu yang kita miliki saat ini sebagai sebuah anugerah dimana kita berkesempatan untuk merubah diri selama kita masih hidup di dunia ini, dan hidup saat ini hanya untuk melakukan kehendak Allah Bapa di sorga. firman Tuhan katakan di dalam; Markus 947 Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, 948 di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam. Kalau firman Tuhan katakan “karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka” hal itu telah menjadi satu peringatan bagi kita semua, bahwa penderitaan didalam neraka itu tak terkatakan, sebab sangat menderita, dan tidak ada lagi perjalanan waktu yang berjalan di neraka, sebab tidak ada lagi kesempatan untuk berubah. Kalau firman Tuhan katakan “di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi” itu artinya betapa menderitanya orang-orang yang terpisah dari hadirat Allah, karena harus terbuang ke dalam kengerian api kekal. Ratapan dan kertak gigi juga menunjuk kepada adanya tingkatan beratnya hukuman yang akan diterima oleh setiap orang itu berbeda-beda, namun tetap tidak ada kesenangan apapun walau hanya sedetik saja. Matius 2314 [Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.] Oleh sebab itu saudaraku, kita tidak boleh menutup mata untuk hal yang satu ini, hanya karena masih ingin memuaskan hasrat hati kita dengan berbagai macam keinginan dan kesenangan dunia. Kita harus ingat bahwa di neraka itu sudah tidak ada lagi kesempatan untuk bertobat, sebab kesempatan untuk bertobat hanya ada pada saat kita masih hidup di dunia ini. Jadi kalau hari ini kita masih memiliki perjalanan waktu, itu artinya masih ada kesempatan untuk kita berubah dan bertobat dan kembali kepada Tuhan. Kenapa di neraka tidak ada lagi perjalanan waktu?. Sebab yang ada hanya penderitaan yang tak terkatakan, dan tidak ada lagi aktifitas yang lain selain meratap dalam kesengsaraan yang tak terkatakan dan begitu mengerikan. Perjalanan waktu hanya ada bagi orang-orang yang namanya tertulis dalam kitab kehidupan, dan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Sebab di sorga nanti orang-orang yang hidupnya saat ini hanya untuk melakukan kehendak Allah Bapa, akan menikmati berkat-berkat sorgawi yang sudah disediakan bagi orang-orang yang hidup takut akan Allah dan mengasihi Allah sejak masih hidup di dunia ini. Sebaliknya bagi orang-orang yang mencintai dunia ini dengan segala kesenangannya sehingga tidak hidup melakukan kehendak Allah Bapa, maka mereka akan terbuang ke dalam api kekal. Wahyu 2012 Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu. 2013 Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya. 2014 Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua lautan api. 2015 Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu. Oleh sebab itu, selagi ada kesempatan saat ini biarlah kita mau menyadari bahwa waktu yang masih ada saat ini adalah sebuah anugerah yang disediakan bagi setiap kita untuk merubah diri, kembali kepada Tuhan dan hidup melakukan kehendak-Nya. Tuhan saat ini masih membuka tangan-Nya, menunggu setiap orang yang mau berbalik kepada-Nya, bertobat, berubah, dan mau hidup melakukan kehendak-Nya. Jika kesempatan waktu yang masih ada ini tidak dimanfaatkan, maka kesempatan ini tidak akan pernah kembali lagi, sebab waktu yang sudah berlalu tidak akan pernah kembali. Saudaraku, jika hari ini renungan firman Tuhan yang engkau baca ini menegur engkau, maka bertobatlah, berbaliklah kepada Tuhan sebelum terlambat. Kehidupan di dunia ini hanya sementara, bahkan firman Tuhan katakan kemuliaannya seperti bunga rumput. I petrus 124 Sebab “Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur, 125 tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya.” Inilah firman yang disampaikan Injil kepada kamu. Oleh sebab itu pergunakanlah waktu hidup yang ada saat ini, hanya untuk merindukan Allah dan Kerajaan-Nya melebihi apapun yang ada di dunia ini. Kiranya kebenaran ini memberkati kita semua. Amin. Sumber

1Februari 2021. Khotbah XXIV. Untuk Minggu Ketiga Setelah Paskah. Tentang Berharganya Waktu. "Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku lagi" - Yohanes, xvi. 16. "Tiada sesuatu pun yang lebih singkat daripada waktu, tetapi tiada sesuatu pun yang lebih berharga. Tiada sesuatu pun yang lebih singkat daripada waktu; sebab masa lalu

403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID CSVur38ahcfk7ihCHFMbrUr_XqTQVaD-wfghSFrAI87zflCjQJCEEg==

Maret10 - Cara 'Menebus' Waktu. March 10, 2017 oleh Tim Khotbah.org. Ayat Inti : "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.". Efesus 5:15-16 {ITB}
Bagian ini adalah bagian yang menyambung perikop sebelumnya yang berbicara tentang bagaimana Yesus datang bukan membawa damai di dalam pengertian yang tentu saja berbeda dengan pengertian damai yang seringkali dibicarakan secara positif, tetapi Yesus datang membawa juga satu pertentangan, pemisahan atau konflik yang necessary, kita sudah melihat bagian ini. Lalu di dalam penulisan dari injil Lukas, ini merupakan satu seri khotbah, sedikit mirip seperti yang ada di dalam khotbah di bukit, dikumpulkan oleh Lukas sendiri perikop-perikop yang kita baca ini menjadi satu kumpulan. Kalau kita membaca ayat 54-59 di sini kita melihat tidak ada paralel, at least di dalam versi LAI, tidak ada pararel dari Matius, Markus berarti ini satu spesial material dari injil Lukas. Bagian ini masih menyambung dari bagian yang dibicarakan di dalam Minggu lalu, perkataan-perkataan yang cenderung keras waktu kita membaca. Seringkali waktu kita melihat kekristenan hadir, saya percaya salah satu yang sangat ditonjolkan oleh kekristenan adalah sebagai agama kasih, agama pengampunan, itu tentu saja tidak salah, memang alkitab mengajarkan seperti itu, tetapi ini juga bukan keseluruhan dari gambaran picture tentang christianity. Kalau kita membaca di dalam bagian ini dan juga di dalam perikop-perikop yang berikutnya, itu ada perkataan-perkataan keras yang termasuk ke dalam picture yang juga belongs to true christianity. Nah di dalam ayat 54-59, di sini ada pengertian tetang kemunafikan yang digambarkan dengan facet yang sedikit berbeda dengan bagain-bagian yang sebelumnya yaitu dalam ayat 56 dikatakan, “hai orang-orang munafik”, lalu kalau kita melihat dibagian atas dan bawahnya, kita bisa melihat penjelasan apa yang dimaksud Yesus dengan pengertian munafik di sini dan berbeda dengan bagian dalam perikop-perikop yang sebelumnnya. Yesus menggambarkan satu gambaran sederhana, orang dunia ini, saudara dan saya sangat ahli di dalam memprediksi hal-hal yang ada di dalam dunia ini, fenomena-fenomena tentang cuaca, kalau dikembangkan dalam zaman ini, tentang perkembangan tehnologi, perkembangan saham, ekonomi dll, kita bisa menilai, tetapi yang menjadi persoalan di dalam kehidupan manusia adalah ia tidak mau tahu tentang perkembangan zaman, dia tidak mau tahu dengan perkembangan pekerjaan Tuhan yang sedang hadir di dalam dunia yang kelihatan dan hadir di dalam cara atau bentuk yang tidak kelihatan. Di sini Yesus memang mengatakan, “kamu tidak dapat menilai zaman ini”, tetapi saya percaya, persoalannya bukan tidak dapat, kalau tidak dapat, orang memang tidak tahu, di dalam pengertian tidak mampu tidak akan ditegur, tetapi unlike di dalam pengertian ini maksudnya mereka lebih berpura-pura untuk tidak mengetahui bahwa Yesus ini sebetulnya adalah orang yang diutus Tuhan, orang yang memberitakan kabar yang sesunggguhnya yang bukan diterima dari dirinya sendiri tetapi diterima dari Allah Bapa, tetapi mereka tetap di dalam kehidupan ini membuat diri mereka seolah-olah tidak tahu menahu tentang hal itu. Kalau kita melihat dalam bagian lain, bagaimana Yesus seringkali berpolemik dengan ahli Taurat dan orang Farisi, di situ salah satu ciri khas adalah mereka datang menghujani Yesus dengan pertanyaan yang tidak habis-habis. Pertanyaan yang tidak habis-habis itu bukan pertanyaan yang karena mereka dengan humble lalu ingin diajar, mau jadi disciple, mau jadi murid, bukan, tetapi menghujani Yesus dengan berbagai pertanyaan untuk menyudutkan, untuk membawa Yesus sibuk sehingga mereka tidak harus ditelanjangi dosanya. Ini bentuk dari pada kemunafikan. Kemunafikan itu bukan di dalam pengertian bahwa mereka betul-betul tidak bisa tahu siapa Yesus, mereka justru tahu, tetapi mereka pura-pura tidak tahu. Mereka sebetulnya sudah mendengar kalimat yang mereka perlu dengar, tetapi mereka terus rasionalisasi dengan pertanyaan-pertanyaan yang terus berusaha men-justify diri mereka, ini yang menyebabkan orang betul-betul jatuh ke dalam dosa kemunafikan. “Yesus mengatakan dalam ayat 57, “mengapa engkau tidak memutuskan sendiri apa yang benar?”, keputusan iman terus di pending, terus di delay, tidak menyatakan satu keadaan yang betul-betul berkomitmen, inilah persoalan di dalam kekristenan, dia mungkin datang ke gereja, tetapi betul-betul tidak ada komitmen untuk mengikut Tuhan. Tidak datang ke gereja, ya tidak berani juga, jadi waktu Yesus berkhotbah, mereka mendengarkan, seperti ada ketertarikan, waktu Yesus mengajar mereka datang, tapi sambil mendengarkan sambil menghina, sambil tidak percaya, sambil jengkel, sambil sempit hati, dst. Tetapi lain kali Yesus khotbah lagi, ya mereka datang lagi dan masih mendengarkan, inilah persoalan di dalam kekristenan zaman ini, tidak jauh berbeda dengan apa yang digambarkan di dalam zaman Yesus. Tidak ada keputusan iman, terus pending, nanti ada saatnya dsb., Yesus mengatakan, mengapa engkau tidak memutuskan sendiri apa yang benar? Di dalam pertanyaan ini terimplikasi sebetulnya mereka sudah tahu apa yang benar. Karena kalau mereka tidak tahu apa yang benar, Yesus tidak akan mengatakan kalimat seperti ini kan? Memang di sini Yesus tidak memberikan penjelasan tentang apa yang benar, meaning mereka sebetulnya sudah tahu apa yang benar. Pemberitaan tentang firman Tuhan, ajakan mengikut Yesus untuk memikul salib setiap hari, untuk menyangkal diri mereka sudah tahu, bukan tidak tahu. Di dalam acara KIN pak Tong mengatakan dalam khotbahnya, banyak orang punya pengetahuan, tetapi dari pengetahuan itu kemudian juga dia tidak mempunyai kekuatan untuk mengubah dirinya. Pengetahuan itu satu hal, tahu sih tahu, tetapi dengan kuasa pengetahuan saja, orang pasti tidak mempunyai kekuatan untuk meninggalkan dosanya, kalau hanya bergantung pada kuasa pengetahuan saja. Ada banyak orang yang pengetahuannya banyak sekali, tetapi tidak bisa meninggalkan kebiasaan yang berdosa, tidak punya kekuatan untuk itu, tapi dibilang tidak tahu, ya tahu….. Waktu Yesus berbicara tentang perumpamaan penabur, di situ digambarkan ada orang yang mendengar dan mengerti……, waktu dikatakan tidak mengerti….. mengerti….., di situ tidak dikatakan mengerti hanya dalam aspek dia bisa mencerna, khotbahnya tidak terlalu sulit untuk diterima, logikanya masuk dengan logika saya, bukan di dalam pengertian itu. Istilah mengerti di situ, istilah dalam firman Tuhan, mereka mendengar, mengerti dan mengerti di situ adalah orang yang melakukannya. Alkitab tidak memberikan satu gap antara mengerti dan melakukan itu, dalam alkitab tidak familiar dengan pembedaan seperti itu. Kita familiar kenapa? Karena hidup setelah zaman modern, orang sangat menekankan rasio, sehingga kita memisahkan, mengerti adalah satu hal dan melakukan adalah satu hal yang lain. Karena kita hidup di post enlightenment, setelah abad pencerahan, tetapi di dalam akitab, waktu dikatakan, mereka yang mendengar dan mengerti, Yesus tidak mengatakan, mengerti, menyimpan di dalam hati dan melakukannya tidak perlu kepanjangan, Yesus hanya bilang, yang mendengar mengerti, ya sudah. Karena yang mengerti yaitu yang melakukan, ini bukan menyangkut bahwa kita bisa mencerna secara gerakan logika dsb., itu bukan mengerti istilah alkitab, tetapi istilah mengerti dalam alkitab adalah orang yang melakukan. Sehingga di dalam perumpamaan penabur itu Yesus tidak merasa perlu untuk menambahkan mengerti + melakukan dan menyimpannya di dalam hati. Sebetulnya orang yang tidak melakukan, ya tidak mengerti, yang hanya mengerti di pengetahuan’, kalau seperti itu menurut alkitab belum mengerti. Kalau dia betul-betul mengerti, dia akan melakukannya, kalau dia mengerti, kalau dia percaya, dia akan menaatinya di dalam kehidupannya. Maka di sini Yesus menantang mereka untuk mengambil keputusan, bukan berarti bagian ini seperti ke arah armenian, bukan, biasanya kita kan menekankan bahwa Tuhan yang memilih, Tuhan yang memutuskan, Tuhan yang memberi kesempatan, tetapi kemudian di sini ditekankan aspek manusia yang mengambil keputusan. Saya percaya ini tidak berbenturan sama sekali dengan kedaulatan Tuhan, dengan souvereignty of God, kalau kita bandingkan dengan trilogi dari domba yang hilang, dirham yang hilang dan anak yang hilang. Kalau kita membaca, gerakannya berbeda, dua perumpamaan yang pertama membicarakan tentang bahwa yang kehilangan yang mencari, tetapi dalam perumpamaan yang ketiga, itu diberikan ruang bahwa yang hilang yang kembali, seperti kelihatan yang kehilangan tidak mencari, maksudnya bapaknya tidak mencari. Memang tekanannya bukan di situ, ingin memberikan tekanan kepada manusia, termasuk juga dalam bagian ini. Tentu saja kalimat ini tidak salah dan tidak berbenturan dengan doktrin kedaulatan Tuhan, tetapi memberikan satu peringatan, satu ajakan kepada para pendengarnya untuk mengambil keputusan. Mengambil keputusan itu satu hal yang tidak bisa dilakukan dengan gegabah, karena itu waktu kita membaca dalam bagian ini, Yesus juga memberikan satu argumentasi, satu gambaran Allah sebagai hakim, yang siap untuk menyeret setiap orang yang berdosa ke ruang pengadilan. Lalu kalau orang itu tidak bisa membayar hutangnya, dia akan diserahkan ke penjara, lalu dia tidak akan keluar sampai hutang itu lunas dibayar, meaning sebetulnya tidak ada kemungkinan. Ini adalah persuasi di dalam cerita yang diajarkan oleh Tuhan Yesus di dalam pengertian membawa mereka ke dalam pengertian bahwa meskipun Kerajaan Allah sudah datang, sudah ada diantara mereka, tetapi ini bukan berarti setelah itu selalu ada kesempatan bagi mereka untuk bisa bertobat kapan saja? Tidak, karena akan ada waktunya dimana kairos itu tidak ada lagi, dimana moment itu tidak diberikan lagi dan orang harus berhadapan dengan penghakiman dari Tuhan. Seringkali waktu kita membicarakan tentang alkitab, tentang Yesus Kristus, ya kita bicara tentang damai, kasih, belas kasihan, pengampunan, kesabaran dst., saya percaya bahwa ada aspek yang membicarakan bagian ini, tetapi dalam alkitab yang kita kenal, yang asli ini, kita juga membaca bahwa Yesus datang bukan hanya membawa damai, tapi konflik, pertentangan, penghakiman, murka Allah, dst. Nah bagian ini imbang ditekankan dalam kekristenan, kita tidak bisa mengumbar konsep hanya dalam aspek yang pertama saja dengan tidak menekankan aspek yang berikutnya ini, yaitu konflik yang dalam bagian ini membicarakan tentang Allah sebagai Hakim. Justru apa yang dimaksud dengan damai sejati? Kan di sini muncul lagi kata damai, berusahalah berdamai dengan dia, tadi diperikop sebelumnya kita membicarakan tentang necessary conflict, kita tahu konflik yang paling besar adalah konflik manusia dengan Tuhan sendiri. Manusia berdosa dihadapan Tuhan, itu berada dalam satu konflik, tidak ada damai, lalu di sini menjadi satu ajakan, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan. Selagi masih ada kesempatan, berdamailah dengan Tuhan, karena ini tidak terus-menerus akan diberi, kadang-kadang kita melihat orang terus hidup di dalam dosa, mencintai dosanya, tidak mau keluar dari dosanya, yang ada di dalam pikirannya apa ya? Dia bukan tidak tahu bahwa Tuhan itu ada, tentu saja tahu, apalagi dia orang kristen? Dia tahu, tapi dia pikir, Tuhan itu sabar dan betul sih, sepertinya Tuhan memberi toleransi yang panjang sekali, seperti Hitler, dia adalah salah satu orang yang mengalami kesabaran Tuhan dan juga Yudas, kesabaran Tuhan begitu panjang untuk orang seperti mereka ini. Kepada orang yang bukan pilihan Tuhan, yang ditolak, kesabaran Tuhan bisa sepanjang itu, saya percaya, kepada saudara dan saya yang percaya, kita orang-orang kristen, pasti Tuhan punya kesabaran juga yang sangat panjang. Tetapi ini bukan berarti lalu kita boleh mempermainkan kesabaran Tuhan. Mereka yang hidup tidak berdamai dengan Tuhan akan mengalami penghakiman. Kalau kita tarik di dalam konteks yang betul-betul setia kepada pembacaan di sini, konteksnya likely kepada orang yang memang akan percaya atau tidak percaya, tetapi saya pikir di dalam gambaran prinsip yang sama, meskipun kita tahu kita yang percaya tidak akan dihakimi, tetapi bukan berarti Tuhan tidak akan menghakimi perbuatan yang kita kerjakan selama kita berada dalam dunia. Kita orang percaya pasti akan diselamatkan oleh korban Kristus yang sempurna, tetapi hukum siapa menabur apa, siapa menuai apa, itu juga berlaku untuk orang kristen, bukan hanya berlaku untuk orang non kristen. Memang kita pasti akan diselamatkan, kita yang sudah percaya kepada Yesus Kristus, tapi itu ditandai dengan satu kehidupan yang meng-include termasuk bagian pengertian Allah sebagai Hakim. Ada satu gerakan teologi yang suka sekali membicarakan tentang Tuhan sebagai pengampun, the love of God, kita percaya kepada Yesus Kristus, tidak ada lagi kutukan, kita dibebaskan dari semua kutuk yang sudah ditanggung oleh Yesus Kristus di atas kayu salib. Ya memang ada betulnya, poin itu bukan sepenuhnya salah, memang Yesus menanggung kutuk dosa kita di atas kayu salib, itu betul, tetapi ini hanya sebagian puzzle, bukan keseluruhan puzzle. Orang yang hanya berkanjang di sebagian puzzle ini yang berbicara tentang bahwa kita ini biji mata Allah, Tuhan senantiasa menanti, Tuhan selalu berbelas kasihan, Tuhan selalu mengampuni, datanglah lagi dan lagi minta pengampunan dosa, Tuhan akan selalu setia berdasarkan janjiNya dsb. Saya kuatir ajaran seperti ini sebetulnya ada betulnya bisa menyeret orang ke dalam neraka. Karena sebagian terus berkanjang kepada yang sebagian, lama-lama menyesatkan, ini satu kebahayaan, sesuatu yang partial. Memang kita semua pengertiannya partial, harus membedakan antara orang yang pengertian partial, makin lama makin bertumbuh, makin komplit dengan semua orang yang sengaja terus mempertahankan yang partial. Waktu Tuhan menggerakkan untuk yang lebih perlu, dia tidak mau, dia tidak suka dengan yang ini, terus sengaja partial. Bukan hanya itu, yang partial ini terus diberitakan kepada orang lain, sengaja hanya yang partial saja, seperti ini kan menyesatkan, ya kan? Kita bisa ambil contoh dalam keseharian, bagaimana kita menggambarkan orang lain, orang kan facet-nya banyak, bisa macam-macam, tetapi kalau kita sengaja memberitakan yang partial tentang orang lain, maka akan bisa membawa orang pada pengenalan realita yang sama sekali salah tentang orang itu. Seringkali kita dari pengertian partial coba membangun profiling, karakter, kehidupan realita dsb., banyak melesetnya, sesuatu yang partial lalu kita buat besar, kita ambil kesimpulan sendiri, kita buat puzzle sendiri, mirip seperti orang yang hidup dalam paranoia. Saya pernah memiliki satu teman yang mempunyai hermeneutik menakutkan seperti ini, karena setiap ada kejadian apa, dia bisa ada tafsirannya, lalu dia kait-kaitkan, semua kejadian dia kait-kaitkan, lalu dia buat picture cerita, jalan cerita yang tidak ada sama sekali. Sedikit seperti orang yang terganggu jiwanya, tetapi itu sudah menjadi life style dalam kehidupannya dia, wah sangat menakutkan orang seperti itu. Membangun partial-partial story, lalu setelah itu menciptakan realita yang dia percayai itu sebagai kebenaran. Sama terhadap Tuhan juga seperti itu, waktu seseorang menggambarkan Tuhan, Tuhan itu baik, pengampun, penuh belas kasihan, kesabaran dll., itu memang betul sih, tidak ada yang salah, ini memang betul-betul real, gambaran ini ada, dan ini belum keseluruhan aspek pemahaman tentang Allah. Waktu seseorang bersikeras untuk membangun hanya di dalam pengertian itu, terus membangun keseluruhan realita tentang Tuhan, pasti distorted. Orang yang hanya membangun di dalam konsep seperti ini, terus mengajarkan Yesus di dalam konsep yang seperti ini, yang senantiasa menanti, menunggu, yang selalu mengampuni dosa kapanpun kita datang kepadaNya dan minta pengampunan daripadaNya, akan bisa menyeret orang itu ke dalam neraka. Iman yang sejati itu termasuk di dalam bagian pengenalan akan Allah sebagai Hakim, bukan hanya sebagai Juruselamat, bahkan di dalam injil Matius kalau kita baca, di situ agak sedikit berbeda, bagaimana melihat gambaran kehidupan perjalanan seorang kristen, itu salah satu dasar, fondasi etik dari pada Matius. Melihat bagaimana waktu seseorang taat ada reward, waktu seseorang tidak taat, ada hukuman, reward and punishment, bagian ini dalam Matius khususnya sangat kuat. Meskipun tidak terlalu kuat di dalam injil Lukas, tetapi waktu kita membaca di dalam perikop berikutnya yaitu bagaimanapun ini adalah konteks pembicaraan tentang kaitan kepercayaan teologi yang seperti itu. Di dalam PL teologi seperti ini sangat akrab, seorang teolog bernama Koch memberikan satu istilah a deeds consequence theology atau doktrin deeds consequence theory khususnya dari wisdom book – kitab-kitab puisi atau deuteronomy yaitu kepercayaan sederhana, waktu seseorang taat, dia diberkati, waktu seseorang tidak taat, dia akan mengalami malapetaka. Di dalam kitab Yosua deuteronomi kita membaca prinsip ini berulang-ulang, Yosua menantang kepada bangsa yang dipimpin, silahkan kamu menentukan mau taat kepada Tuhan, kalau kita taat dalam jalan damai sejahtera, tetapi kalau kita tidak taat bukan berkat tapi kutuk. Nah gambaran ini, ada deeds ada consequence, itu begitu establish di dalam PL, khususnya di dalam pentateuch, deuteronomi, Yosua dsb. Tapi kemudian di dalam wisdom book, itu mulai terjadi satu persoalan, misalnya satu contoh klasik kitab Ayub, kitab Ayub itu mempersoalkan deeds consequence theology karena di situ ada gambaran bahwa ini seseorang yang taat, hidup benar tetapi kenapa menderita? Kita melihat di sini teorinya tidak berjalan, sampai sekarang masih bisa jadi issue, orang-orang di dalam kepercayaan kristen, mereka juga bertanya, saya sudah melayani Tuhan, saya hidup benar, saya hidup taat, lalu kenapa saya mengalami suffering seperti ini? Mengapa saya menderita? Mengapa tiba-tiba sakit penyakit masuk di dalam kehidupan saya? Lalu teologi tertentu mengatakan, oh…. tidak…. itu tidak mungkin… karena orang yang hidup benar tidak akan mengalami seperti itu, terus bersikeras di dalam teologi pentateuch yang belum dilengkapi oleh perspektif wisdom book dsb. Waktu kita membaca kitab Ayub, memang indeed itu menjadi satu kesulitan, dimana waktu seseorang righteous dan ini righteous, bukan ge-er bukan rasa self righteous, Ayub betul-betul righteous itu di konfirmasikan oleh Tuhan sendiri, di bumi tidak ada orang seperti dia. Dan Tuhan juga mendemonstrasikan kesalehan Ayub, sampai iblis juga tertarik untuk menggocoh dan menggoda dia. Tapi dalam kitab Ayub waktu kita membaca, yang menjadi persoalan memang ternyata orang benar bisa menderita, orang benar bukan selalu dibebaskan dari sakit penyakit, lalu semuanya berada dalam perlindungan berkat Tuhan, tidak pernah kena malapetaka sama sekali atau sebaliknya kalau orang sakit, orang terkena malapetaka.. oh… itu pasti ada dosa, begitu kan ya? Ini too simple gambaran seperti ini, dalam kitab Ayub, teologi itulah yang dipercaya oleh teman-teman Ayub, karena mereka tidak bisa berpikir lain. Taat berkat, tidak taat kutuk, begitu simpel kan logikanya? Nah sekarang lihat keadaan Ayub, mana? Lebih mirip keadaan berkat atau kutuk? Sepertinya lebih mirip kutuk, kalau begitu ya sudah, pasti tidak taat, makanya teman-teman Ayub terus-menerus meminta Ayub mengaku bahwa dia melakukan dosa, dosamu apa Ayub? Nanti kita doa sama-sama meminta ampun, karena Tuhan maha pengampun dsb. Tapi Ayub terus mempertahankan integritasnya waktu kita membaca di dalam salah satu pasal dalam kitab Ayub bagaimana dia menyatakan kehidupan yang indeed saleh itu. Saya melakukan apologi yang me-list integritasnya, adakah yang ini, adakah yang ini… adakah aku memeras…..dst. Ayub tidak melakukan semuanya itu, lalu kenapa mengalami pengalaman kutuk seperti ini? Kenapa mengalami malapetaka seperti ini? Di dalam latar belakang deeds consequence theory kita membaca perikop pasal 131-5, di situ ternyata meskipun sudah ada kitab Ayub, sudah ada Mazmur dsb., bagaimanapun orang Israel masih berpikir seperti ini juga. Waktu di sini dikatakan gambaran ada orang-orang Galilea darahnya dicampurkan dengan darah korban yang mereka persembahkan, ini betul-betul kekejian. Untuk gambaran orang Yahudi, darah itu melambangkan kehidupan orang itu sendiri, darahnya, lalu itu dicampur dengan darah korban, ini tidak kebayang sama sekali, itu betul-betul satu persembahan kekejian, seperti mempersembahkan anak, terus hidup-hidup dikorbankan, itu kan kekejian dihadapan Tuhan? Pilatus melakukan satu ritual yang benar-benar unthinkable seperti ini, yang betul-betul membuat satu skandal untuk kepercayaan Israel, sangat menakutkan, orang tidak bisa tidak pasti berpikir, ini orang sampai mengalami hal seperti itu, ini orang pasti berdosa luar biasa. Seperti Ahab waktu mati, lalu darahnya dijilat anjing, itu sudah najis luar biasa, waduh… orang ini pasti kena kutuk, ini orang pasti hidup sama sekali tidak benar, sampai kematiannya seperti itu. Lalu di sini bukan hanya dijilat anjing, malahan dicampurkan dengan darah korban yang mereka persembahkan, luar biasa… sangat menjijikkan… bangsa yang sangat keji. Waktu kita membaca bagian ini, waktu kita melihat orang-orang yang mengalami malapetaka seperti itu, Yesus menyoroti kejahatan manusia. Lebih dari pada sekedar men-judge mereka, tetapi juga sebetulnya sekaligus menganggap mereka, kamu pasti berdosa, karena kalau tidak, kamu tidak mungkin mengalami kesulitan seperti itu. Lalu bersamaan dengan itu menempatkan diri lebih tinggi, inilah yang celaka, betul-betul celaka. Waktu teman-teman Ayub berbicara kepada Ayub, sudahlah kamu mengaku dosa saja, pasti ada yang salah dalam hidupmu, kalau tidak ada, tidak mungkin kamu seperti ini. Itu bukan sekedar judgment terhadap Ayub, tetapi di dalamnya mengatakan kamu bersalah kami tidak, coba lihat kehidupan kamu, saya tidak sakit, saya tidak bangkrut… coba lihat dirimu. Bersamaan dengan itu timbul self righteousness, salah satu musuh paling besar yang dibicarakan Yesus terus-menerus di dalam injil. Self righteousness, merasa diri lebih baik dari pada orang lain, merasa lebih beriman, merasa lebih cinta Tuhan, lebih mengasihi Tuhan, lebih dekat kepada Tuhan, lebih mengerti isi hati Tuhan, merasa lebih reformed injili, jadi self righteousness itu musuh di dalam kekristenan. Maka Yesus mengingatkan mereka, kamu jangan berpikir orang-orang ini lebih besar dosanya dari pada semua orang Galilea yang lain, terlalu simple berpikir seperti itu. Mengalami malapetaka lebih besar, dosa lebih besar, mengalami kebahagiaan, berarti taat, kebahagiaan lebih besar berarti ketaatan lebih besar, gambaran seperti ini too simple. Memang ada betulnya karena pentateuch mengajarkan itu, coba kita baca kitab Yosua dll., ajakan untuk taat, orang yang taat akan diberkati, yang tidak taat akan mengalami malapetaka, di dalam PL itu bukan ajaran yang salah. Tetapi sekali lagi, ini partial, ajaran ini tidak komplit, sesuatu yang partial lalu dibentangkan semua jadi satu big picture, teologi seperti ini bahaya sekali. Saya percaya di dalam kepercayaan teologi reformed injili, komitmen untuk terus-menerus menggali kekayaan alkitab, kita tidak bilang bahwa teologi reformed injili itu sempurna seperti alkitab sendiri sempurna, ya tidak. Tetapi di dalam spirit reformed injili kita berusaha untuk mengenal bukan hanya satu atau dua puzzle, tetapi keseluruhan puzzle yang betul-betul dibicarakan di dalam alkitab. Dalam bagian ini Yesus merelativisasi, coba kita perhatikan, Yesus tidak mengatakan bahwa keadaan malapetaka yang mereka terima ini tidak ada hubungannya dengan dosa, Yesus tidak mengatakan itu. Karena di sini waktu berbicara, jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua juga akan binasa atas cara demikian. Jadi Yesus merelativisasi kaitan antara malapetaka dengan penyebab dosanya, ada orang yang bertanya, dia ini buta, sebetulnya dia buta, siapa yang bersalah? Apakah dia buta karena orang tuanya yang melakukan dosa atau dia buta karena dosanya sendiri? Yesus merelativisasi bagian ini, seolah-olah Yesus mau mengatakan, saya tidak mau bicara ini dosanya siapa, kita lihat vector ke depan, bukan vector ke belakang, kita melihat vector ke depan supaya kemuliaan Tuhan dinyatakan. Tetapi waktu kita membaca bagian ini, Yesus bukan mengangkat sepenuhnya kaitan antara malapetaka, sakit penyakit, kematian dsb., dengan dosa, lalu mengatakan, ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan dosa, tidak, Yesus tidak mengatakan seperti itu. Yesus mengatakan, kamu jangan berpikir kalau seseorang mengalami malapetaka, kematian, terus kamu tidak, itu berarti dia lebih besar dosanya dari pada kamu and therefore dia mengalami malapetaka, lalu kamu tidak mengalami malapetaka, lalu kesimpulannya saya dosanya tidak sebesar dia, oooh tidak seperti itu. Yesus bilang, kalau kamu tidak bertobat, kamu akan mengalami hal yang sama seperti mereka. Sebetulnya ini mau mengatakan apa? Kita yang sehat, yang belum terkena kanker dsb., kita yang belum bangkrut dsb., ini tidak menyatakan sama sekali bahwa kita hidup lebih baik dari pada orang lain, itu yang mau dikatakan Yesus. Waktu kita melihat orang lain menderita, kita berpikir bahwa orang ini pasti ada dosanya, pasti ada sesuatu yang salah dalam hidup orang ini, maka mengalami hal seperti ini. Memang mungkin betul, mungkin seseorang menderita karena ada dosanya, tetapi jangan lupa, kita yang tidak menderita bukan berarti kita jadi tidak ada dosanya atau dosanya lebih kecil dari pada orang itu. Waktu kita belum menderita itu hanya mau mengatakan kesabaran Tuhan masih sedang ditahan untuk saudara dan saya, bukan mau mengatakan bahwa kita lebih baik atau lebih benar dan karena itu kita tidak menderita, ya bukan. Hal ini juga mau mengatakan bahwa Tuhan masih memberikan kepada kita kesempatan untuk bertobat, tetapi kesempatan ini bukan selama-lamanya, lalu kalau kita menganggap sepi kemurahan dan kesabaran Tuhan, kita terus pending, mengulur-ulur waktu, Yesus mengatakan, kamu akan binasa juga atas cara yang demikian. Di dalam kedaulatan Tuhan, tidak ada orang bisa menasehati Dia, siapa diberikan kesempatan untuk bertobat berapa lama, itu di dalam kedaulatan Tuhan, kita tidak bisa mengerti. Kadang-kadang ada satu keadaan gambaran yang kita pikir seharusnya masih boleh ada kesempatan, justru Tuhan tidak kasih kesempatan lagi kepada dia. Ada juga gambaran, orang seperti dia ini tidak usah diberikan kesempatan lagi, terlalu banyak menyia-nyiakan anugerah Tuhan dan ternyata kesabaran Tuhan masih dinyatakan di dalam diri orang itu, malah panjang sekali. Kita harus hati-hati, kalau-kalau kita adalah orang yang termasuk kategori seperti ini, jangan kita mempermainkan kesabaran Tuhan. Tetapi seperti yang dikatakan di sini, putuskanlah, ambil keputusan, di dalam kekristenan sebenarnya hanya ada dua kategori, either seseorang itu beriman dan mengikut Tuhan dengan sungguh-sungguh atau tidak ikut sama sekali dan tidak mau tahu sama sekali, tidak ada gambaran kekristenan yang abu-abu. Saudara dan saya, kita diundang, kita di encourage untuk masuk ke dalam kehidupan seperti yang Yesus kehendaki. Perikop yang terakhir mengingatkan kita tentang bahaya self righteousness di dalam dunia, kita berusurusan dengan banyak penderitaan, waktu kita melihat penderitaan orang lain, orang yang bijaksana, dia merefleksi dirinya, ini seperti Tuhan memberi cermin waktu kita melihat orang lain menderita, mengalami sakit penyakit, sebetulnya saya juga bisa mengalami hal seperti ini dst., tetapi kenapa saya masih sehat, masih mengalami anugerah Tuhan, artinya Tuhan masih memberikan kesempatan kepada kita untuk bertobat. Kiranya Tuhan memberkati kita semua. Amin. Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah AS
.
  • vxx5mgwt84.pages.dev/203
  • vxx5mgwt84.pages.dev/106
  • vxx5mgwt84.pages.dev/114
  • vxx5mgwt84.pages.dev/132
  • vxx5mgwt84.pages.dev/397
  • vxx5mgwt84.pages.dev/82
  • vxx5mgwt84.pages.dev/293
  • vxx5mgwt84.pages.dev/105
  • vxx5mgwt84.pages.dev/97
  • khotbah tentang waktu dan kesempatan